Rabu, 26 Oktober 2011

satu malam untuk satu tahun...!!!

Sebuah awal yang cukup indah ketika kau sambut kedatanganku dengan status pacar. Malam yang cukup istimewa, karena pertama kali aku masuk rumah seorang wanita yang menyandang predikat sebagai pacarku. Saat pintu itu dibuka oleh ibumu, perasanku sungguh takkaruan, bagaikan sebuah bom yang meledak dalam hatiku, dan saat aku duduk dikursi ruang tamu rumahmu dan sedikit introgasi tentang kabar dan aktifitasku yang keluar dari mulut ayahmu membuat malam seakan berdurasi 24 jam. Terkadang canda dan gurau orang tuamu serasa hambar tanpa rasa dikarenakan jantungku berdetak lebih kencang daripada lari seekor kuda dalam pacuan, itulah awal aku masuk kerumahmu.

Akhirnya kau keluar dari kamar dan bagaikan bidadari yang kujemput di kayangan, semua tentang keberadan orang tuamu disampingku dan introgasinya serasa menghilang dengan sekejap mata, Ingatanku pun ikut hilang tentang apa yang aku bicarakan dengan orang tuamu saat aku melihat dirimu keluar kamar dengan sebuah senyuman. Kemudian kau duduk manja tersipu malu disamping ayahmu, kau tersenyum manis dan menatap tajam padaku seolah kau berkata untuk meyakinkanku bahwa kau menungguku selama ini. Kita terdiam dan terpaku dalam satu tatapan yang sama tentang sebuah rasa rindu yang selama ini menjadi jeruji penghalang di balik hubungan kita. Kau dan aku tak mampu berbicara, kau terdiam dan tersenyum menatapku. Lalu sebuah sms mu yang berisi bahwa kau meraskan rindu terhadap diriku, padahal saat itu aku tepat berada di depan mata dan pandanganmu. Kemudian aku balas sms mu, bahwa aku juga sangat merindukanmu. Itulah hal yang romantis walau serasa lucu karena posisi kita yang saat itu tepat berhadapan.

Kemudian orang tuamu beranjak pergi dari tempat duduknya. Mungkin mereka merasakan tentang rindu yang kita rasakan sehingga mereka dengan sendirinya meningkalkan kita berdua dalam satu kursi di ruang tamu rumahmu. Aku merasa merdeka saat orang tuamu beralih tempat dari kursi ruang tamu di rumahmu, obrolan dan canda yang membosankan sama orang tuamu tak kupirkan sedikitpun saat kau tepat berada duduk disampingku dalam kursi itu. Sedikit bisikan rindu dari suaramu dan genggaman tanganmu di atas telapak tanganku mengawali pembicaran kita dengan tema rindu pada malam itu. Genggaman tanganmu membuat aku takut kehilanganmu untuk malam itu dan seterusnya, karena kau adalah bidadari istimewa yang tak didapat oleh pria selain aku. Aku merasa jadi pria yang paling beruntung mendapatkanmu, pria paling tertinggi mengibarkan bendera kemerdekaan karena mendapatkanmu.

Kemudian aku tanyakan tentang Dzihni padamu, sebuah boneka yang dulu aku kirim di hari ulang tahunmu sebagai pengganti keberadaanku saat aku harus jauh darimu. Dan kaupun menjawab, bahwa dia bagaikan diriku yang kau peluk saat kau rindu aku. Kau bilang hanya dia yang menemani malamu saat malam datang karena aku jauh dari pandangmu, dan kau juga menyanginya seperti kau menyangiku. Aku sangat bahagia dengan keadaan itu, karena aku yakin bahwa aku sangat berarti untukmu.

Malampun semakin larut, dan kau pun mulai berani berbaring dipundakku saat kita bersandar di kursi itu. Manjamu membuat seluruh badanku terasa berat untuk berdiri melangkahkan kaki keluar dari rumahmu. Keadaan itu seakan membuat aku enggan untuk pulang. Dan durasi 5 jam serasa durasi 10 menit pada malam itu, lalu tentang topik apa saja yang kita bicarakan serasa hanya sebatas satu kalimat yang aku baca.

Demi sebuah kebaikan, akhirnya aku harus pulang dari rumahmu dan meyakinkanmu bahwa aku takan pergi untukmu. Kau pun mengijinkanku untuk keluar dari rumahmu, tapi sekali lagi genggaman tangan dan manjamu itu membuat aku berat untuk melangkah. Walau pada akhirnya pintu itu  aku buka, sementara genggaman tanganmu masih mengikat jari - jari tanganku walaupun dengan perlahan kau lepas. Kemudian kita mengahiri malam di rumahmu pada denting 24.05 wib. Sungguh indah malam itu walaupun itu adalah satu malam untuk satu tahun karena waktu yang membuat aku harus pergi lagi untuk sebuah karir.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar